Husserl

Belajar Fenomenologi, Menunjukkan dan Membuktikan (13)

Klaim bahwa ada-sebagai-manusia haruslah didefinisikan sebagai eksistensi, sebagai ada-yang-sadar-dalam-dunia, tidaklah dapat dibuktikan dengan pengertian logis secara ketat. Mendefiniskan manusia dengan jalan ini menjadi sah hanya di atas dasar sebuah pandangan yang tak bisa direduksikan menjadi sebuah pandangan yang lebih umum. Seorang filsuf hanya dapat “menunjuk” pada definisi. Ini tentu saja merupakan sesuatu yang amat disayangkan, […]

Kegigihan Jaspers dan Marcel (11)

Bias anti-saintifik dari eksistensialisme berlanjut dalam pemikiran Jaspers dan Marcel. Pemikiran ini berada dalam kontradiksi yang konstan dengan dirinya sendiri sepanjang pemikiran itu secara implisit berusaha untuk menjadi lebih dari sekedar monolog. Membaca pemikiran anti-saintifik Jaspers dan Marcel secara harfiah belaka hanya akan berarti bahwa pemikiran seorang eksistensialis akan kehilangan validitasnya dalam semua situasi kecuali […]

Manusia sebagai Eksistensi (10)

Fenomenologi memandang kesadaran sebagai suatu modus ada-nya-manusia dan melukiskannya dalam istilah intensionalitas. Deskripsi kesadaran ini dengan mudah membawa ke sebuah ontologi dimana manusia dilihat sebagai sebuah keterbukaan, sebagai eksistensi. Husserl sendiri tidak berjalan sejauh itu namun kita bisa menemukan perkembangan ini dalam Being And Time-nya Heidegger. (Kita secara sementara waktu akan meninggalkan pertimbangan atas fakta […]

Scroll to top