Masihkah sekolah sebagai tempat steril atau “kawahcandradimuka” yang benar-benar aman bagi anak didik? Atau tidak mungkinkah anak didik yang dipercayakan kepada sekolah untuk dikembangkan kepribadiannya, justru terjerumus jadi pelaku, pengembang, dan “produsen” berbagai bentuk tindak kriminalitas?