Nama lengkap al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad ibn Zakariya al-Razi. Ia dilahirkan di Rayy, di Provinsi Khurasan dekat Teheran, pada tahun 864 M. Ia wafat pada usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925.
Pada masa mudanya, ia menjadi money changer dan ahli memainkan harpa. Di samping itu, ia juga sangat respek terhadap ilmu kimia. Ia belajar kepada Ali ibn Rabban al-Tabari (808 M), seorang dokter sekaligus filosof. Guru inilah yang menumbuhkan minat al-Razi terhadap kedua subyek keilmuan tersebut sehingga pada akhirnya dia menjadi seorang filosof besar sekaligus seorang dokter yang cukup ternama.
This great physician and alchemist was known as the Rahzes in Europe. He was born in Teheran and also died in his native city. Al Razi wrote close to 200 books all of it were medical in nature. Some of his famous medical books were Kitab Al Mansur, Kitab Al Hawi and Kitab Al Asrar (the book of secrets). He is also considered the inventor of Seton, the one who discovered sulphuric acid and aquavitae.
Penguasannya terhadap ilmu kedokteran membuat namanya sangat terkenal, baik di Barat maupun di Timur. Bahkan, ia dipandang sebagai dokter terbesar abad Pertengahan dan seorang dokter Muslim yang tiada bandingnya. Ia dipercaya memimpin rumah sakit di Rayy oleh Mansur ibn Ishaq ibn Ahmad ibn Asad ketika ia baru menjelang usia 30 tahun, dan kemudian mengambil alih kepemimpinan rumah sakit di Bagdad.
Al-Razi banyak menulis buku-buku kedokteran seperti al-Tibb al-Mansur yang dipersembahkan kepada Gubernur al-Mansur, al-Hawi, ensiklopedi ilmu kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1279 dengan judul Continens dan mengalami cetak ulang beberapa kali. Buku tersebut menjadi referensi di Eropa sampai abad ke-17.
Karya ilmiah dan filsafat al-Razi sangat banyak. Bahkan, dalam outobiografinya, ia menyatakan telah menulis 200 buah judul yang di dalamnya termuat berbagai macam ilmu pengetahuan kecuali matematika. Beberapa karya monumentalnya antara lain al-Tibb al-Ruhany, al-Sirat al-Falsafah, Kitab al-Ladhdhah, Kitab al-Ibn al-Ilahy, al-Shukr `ala Proclus, dan sebagainya
Al-Razi adalah seorang filosof Muslim rasionalis murni. Ia sangat mempercayai kekuatan akal. Akal, dalam filsafat al-Razi, menempati posisi yang sangat tinggi. Ia diberi ruang gerak yang sangat bebas. Dalam pandangannya, manusia dengan akalnya dapat mengetahui segala yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya, membuat hidupnya lebih baik, dapat mengenal lebih jauh hal-hal yang tersembunyi. Oleh karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan akal dan tidak boleh mengekangnya. Dan segala keputusan yang diambil manusia harus sesuai dengan perintah akal.
Al-Razi sama sekali menolak semua pemikiran yang irrasional. Bahkan, ia meragukan wahyu dan kenabian. Baginya, penerimaan ajaran-ajaran yang dibawa para nabi, tidak lebih dari sekedar tradisi dan akibat dari kekuasaan yang dimiliki oleh para pemuka agama atau karena terpengaruh oleh upacara keagamaan yang memikat perasaan orang yang taraf pemikirannya masih sederhana. Bahkan, ia mengkritik kitab-kitab suci, dan bahkan menolak al-Quran sebagai mukjizat baik bahasa maupun kandungan isinya dan lebih menyukai buku-buku ilmiah.
Al-Razi membedakan antara waktu (al-waqt) dan keberlangsungan (al-dahr). Bagi al-Razi, waktu ibarat sederetan bilangan atau angka. Menurutnya, angka berlaku bagi satu, bukan yang lain, karena keterbatasan berkaitan dengan keangkaan. Karenanya, filosof ini mendefinisikan waktu sebagai keberlangsungan yang berawal dan berakhir. Materi yang terbentuk oleh susunan berkaitan dengan ruang, karena itu, harus ada ruang. Pergantian bentuknya merupakan kekhasan waktu, ada yang yang dulu dan ada yang berikutnya. Itulah perlunya waktu. Sementara, keberlangsungan (al-dahr) adalah waktu absolut yang abadi dan tidak ada pergantian antara masa lalu, masa kini dan masa depan seperti deretan angka-angka.
(Source: Sekilas sejarah pemikiran filosof di atas dinukil dari buku Tujuh Filsuf Pembuka Pintu Gerbang Filsafat Modern, diterbitkan oleh LKiS, dikarang oleh Zainul Hamdi -warga Averroes)