Rabu, 4 Juni 2008 | 18:33 WIB
MALANG, RABU – Demo mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Rabu (4/6) akhirnya ricuh. Sejumlah satpam dan mahasiswa terluka akibat bentrokan fisik setelah mahasiswa mencoba masuk gedung rektorat.
Demonstrasi mahasiswa yang mengatasnamakan Gerakan Aksi Mahasiswa (GAM) UIN Malang tersebut dimulai pukul 08.00 WIB. Peserta aksi melakukan penjemputan terhadap rekan-rekan mahasiswa lainnya dari satu tempat ke tempat lain di dalam kompleks kampus tersebut, dan berakhir di depan gedung rektorat.
Massa aksi berjumlah lebih dari 50-an mahasiswa. Mereka menolak otoriterisme rektor terhadap mahasiswa, menolak rektor abadi, meniadakan jam malam karena dinilai mengebiri aktivitas mahasiswa, menolak kuliah malam, meminta transparansi dana, memperluas akses mahasiswa terhadap laboratorium kampus, dan sebagainya.
“Kami menolak otoriterisme rektor di mana kebijakan-kebijakannya sering merugikan mahasiswa. Kami juga menolak rektor abadi. Sebab itu menyebabkan UIN tidak bisa berkembang,” ujar Semar, korlap aksi di Malang. Menurut Semar, sejak tahun 1994-2008 rektor UIN tidak pernah berganti yaitu tetap dijabat oleh Prof Dr Imam Suprayogo.
Sebenarnya negosiasi sempat terjadi antara mahasiswa dan pihak rektorat diwakili Pembantu Rektor I UIN, Prof Dr Mudjia Rahardjo. Namun negosiasi syarat emosi itu akhirnya tidak menemukan kata sepakat.
Mahasiswa yang merasa gagal memaksa rektorat menyepakati tuntutan mereka secara tertulis, akhirnya merangsek maju dan mencoba masuk gedung rektorat. Suasanya rusuh tersebut akhirnya menyebabkan sejumlah kaca gedung rektorat pecah dan melukai sejumlah satpam dan demonstran.
Pihak keamanan kampus sempat menahan mahasiswa yang dinilai menjadi provokator. Namun kemudian melepaskan lagi, dan situasi berangsur kondusif.
“Kami ingin membuat kesepakatan tertulis hitam di atas putih dengan rektorat, agar tuntutan kami ini tidak dianggap angin lalu,” ujar Semar, korlap aksi tersebut.
Setidaknya ada enam mahasiswa yang terluka akibat pecahan kaca itu yaitu Nanang Rizkon, Husni Mubarok, Firdaus, Musfi, Ali Murtadho, dan Irul. Sejumlah satpam juga mengalami luka-luka di tangan akibat pecahan kaca.
Menanggapi aksi mahasiswa tersebut, Mudjia Rahardjo menyatakan kekecewaannya. Sebenarnya aksi mahasiswa seperti itu boleh-boleh saja. “Kami juga bisa mengakomodasi tuntutan mereka. Yang disayangkan kalau demonstrasi itu menjadi urakan seperti itu,” ujarnya.
Menurut Mudji, sebenarnya sejumlah tuntutan mahasiswa bisa dikawalnya agar terwujud. Misalnya saja mengenai perbaikan sistem akademik, perbaikan pelaksanaan praktikum, dan sebagainya.
“Termasuk untuk pemanfaatkan laboratorium kampus tentu bisa diwujudkan. Siapa yang tidak menginginkan perbaikan. Hanya saja perlu diketahui, ada aturannya,” ujar Mudjia.
Untuk laboratorium kampus menurut Mudjia, tidak bisa dilihat mahasiswa sebagai fisik bangunan saja. Proses pembangunannya menurut Mudjia masih berproses, misalnya untuk penambahan alat-alat yang penunjang penelitian mahasiswa.
Sejumlah tuntutan mahasiswa juga dinilai Mudjia tidak masuk akal, misalnya membuat jam malam kampus. Hal itu menurutnya guna menjaga keamanan lingkungan kampus.
Dengan belum tercapainya kesepakatan antara mahasiswa dan pihak rektorat, mahasiswa mengancam akan melaksanakan demo lanjutan.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/04/18335212/demo.mahasiswa.berakhir.ricuh.
OMG??inikah konsekuensi dari kebebasan berdemokrasi di kampus??kq mirip tindakan anarkis gn.Kan tdk seharusnya mhs sekaliber UIN Mlg melakukan tindakan destruktif spt ini, wah…jd mirip FPI nich.Apakah dgn cara damai blm bs menyelesaikan mslah???
terimakasih bu NInin atas komentarnya!
mungkin ini adalah gejolak mahasiswa ketika jalan kompromi tidak bisa lagi di tempuh. Hegemoni kampus yang kian menggilas kreativitas mahasiswa membuatnya melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Ini adalah kondisi psikologis yang sangat wajar.
trims
salam perkenalan u sahabat2 Averroes….