Melihat David Horowitz dalam Diri Kita -Self-fulfilling Prophecy dan Proses Produksi Kebencian (1)

SAAT terbangun di Minggu pagi, ketimbang langsung disuguhi acara wisata, top 40s, gossip, atau masak memasak, malah sudah harus mengerenyitkan dahi sebab sebuah acara bedah buku baru dari David Horowitz yang berjudul “One-Party Calssroom” yang disiarkan oleh, sudah barang tentu, Fox News. Sebenarnya paling malas menonton channel nomer 7 ini, tapi sekelebat ada yang membuat mataku langsung tercekat ketika melintasi channel ini. Adalah ketika disebut-sebutnya University of Texas at Austin (UT Austin) sebagai salah satu target serangan politik dari buku ini, di samping beberapa universitas besar lainnya di Amerika. Disebutkan di buku itu bahwa ada salah satu kelas di pasca sarjana di UT Austin yang bernama “Che Guevara’s Latin America” (kode HIS 363 K) yang tujuan instruksionalnya adalah “…agar mahasiswa dapat memahami penerapan pemikian-pemkiran Che dalam konteks negara-negara berkembang, khususnya, Amerika Latin.” Kampus besar lainnya yang menjadi sasaran “caci-maki” Horowitz dalam buku ini adalah University of California, Santa Cruz di mana satu mata kuliahnya yang bernama “Community Organizing” (kode CMMU 181) yang diajar oleh seorang professor yang dengan eksplisit selalu mengatakan dirinya sebagai “radical anti-(global)capitialism.” Dalam kosmologi masyarakat konservatif Amerika Serikat term anti-capialism selalu dikonotasikan sebagai Anti-Amerika. Tapi anehnya si professor tadi juga adalah anggota dari city council (DPRD Kota) di Santa Cruz.

[averroes]jsyhFcHU5NQ[/averroes]

Intinya, David Horowitz ingin menyampaikan bahwa kampus-kampus adalah sumber ancaman bagi Amerika Serikat. Dengan mengutip Antonio Gramsci, Horowitz menyebutkan bahwa gerakan kaum kiri untuk menumpas para pengikut ideologi kapitalis sekarang sudah tidak lagi menggunakan pola revolusi proletariat lagi, melainkan telah lebih memanfaatkan penguasaan pikiran dan memanipulasi budaya serta sistem nilai. Dan keberadaan kampus-kampus yang mengajarkan “kelas-kelas kiri” tersebut adalah salah satu dari bagian kecil (tapi krusial) strategi besar itu. (Sungguh ironis, mengingat Gramsci sendiri dalam “Prison Notebooks”-nya sebenarnya justru mengalamatkan praktik hegemoni itu pada kelas borjuis terhadap proletar).

Mendengar dengan sekilas cara berpikir dan asumsi-asumsi yang dipakai Horowitz awalnya terasa cukup asing. Sebab dia terus menerus menyerang hal-hal yang telah menjadi bagian integral dalam kehidupanku, termasuk Islam dan anti-capitalism thoughts. Horowitz tak henti-hentinya menyerang secara agressif ancaman Islam dan pemikiran Kiri bagi keberlangsungan hidup masyarakat Amerika, dan peradaban dunia pada umumnya.

Tetapi setelah kudalami betul semesta neurotik kesadaran dia, aku merasa tidak asing lagi. Aku merasa sangat akrab dengan “manhaj al-fikr” si Horowitz ini. Aku teringat keika masih menjadi aktifis jalanan selalu terlibat dalam diskusi-diskusi panas di malam buta yang isinya selalu menjabarkan betapa kapitalisme itu jahat sejahat dajjal. Serta memiliki rencana dan jaringan yang maha kuat lengkap dengan kekuatan uang dari MNCs/TNCs, kekuatan politik melalui PBB, serta kekuatan militer melalui nuklir-nuklir milik Amerika Serikat. Gerakan untuk menguasai dunia dari kapitalsime juga luar biasa sistematis bak super-computer dalam film “Eagle Eyes.” Intinya, ancaman kapitalisme itu sangat besar dan kita harus fight back!

Hal yang sama juga seringkali aku dengarkan jauh sebelum masa akfitivisme itu, yaitu tentang agama Yahudi. Salah seorang uztad pernah mengatakan dalam sebuah kelas bahwa salah satu lambang Yahudi itu adalah ular yang mengelilingi bola dunia. Yang artinya bahwa Yahudi sudah punya rencana yang sangat sistematis untuk menguasai dunia. Yahudi telah menguasai politik Amerika Serikat melalui “lobby-lobby Yahudi,” dan mereka juga telah menguasai ekonomi dan ilmu pengetahuan melalui George Soros dan Albert Einstein. Intinya, ancaman Yahudi itu sangatlah mengerikan, dan kita harus membasmi mereka sebelum mereka membasmi kita. (Hmm…ternyata Horowitzism juga telah ada di madrasah-madrasah saat itu).

Dan, bukankah hal yang sama juga terjadi pada pertengahan tahun 1990an ketika Syarwan Hamid, misalnya, mengatakan bahwa gerakan mahasiswa waktu itu telah dirasuki oleh gerakan komunisme. Bahwa anasir-anasir PKI secara rapi dan sistematis telah masuk ke dalam oraganisasi-organisasi gerakan mahasiswa dan mengusai ideologi para mahasiswa menjadi ideologi PKI. Karena PKI adalah bengis, biadab, kejam – karena telah menyileti muka para jendral (?) – dan merupakan ancaman bagi NKRI! Maka, Syarwan Hamid bilang, gerakan mahasiswa ini juga merupakan ancaman bangsa. Sekali lagi, PKI telah melakukan gerakan yang rapi dan sistematis untuk merebut kekuasaan di Indonesia. Harus diberangus!

Argumen yang sama persis, seperti “adanya gerakan besar yang rapi, sistematis, terencana dari musuh-musuh kita”, dan sebagainya, mewarnai seluruh premis-premis yang ditawarkan David Horowitz dalam bukunya itu. Tapi tidak menggunakan PKI, Kapitalisme, atau Yahudi sebagai target politik, melainkan menggunakan Islam dan gerakan Kiri. (Bagi pembaca yang tidak terepresentasi oleh “Islam” dan “Kiri” mungkin akan merasa tulisan ini tidak relevan. Tapi ingat! anda memiliki Horowitz-Horowitz versi lain di dalam kehidupan berkeyakinan Anda).

Sesaat ketika kebencianku tumbuh pada sosok Horowitz ini, sesungguhnya, sesaat itu pula aku merasa bahwa aku telah menjadi seorang David Horowitz.

Fadillah Putra, 1st year LBJ School of Public Affairs Student University of Texas at Austin.

Medio March, East Austin.

Bersambung

Melihat David Horowitz dalam Diri Kita -Self-fulfilling Prophecy dan Proses Produksi Kebencian (1)

One thought on “Melihat David Horowitz dalam Diri Kita -Self-fulfilling Prophecy dan Proses Produksi Kebencian (1)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to top