Kedung Tarukan, Surabaya— Dunia digital sebagai sumber segala informasi terkini dan terus update menjadi salah satu fokus pada pengembangan pesantren. Pesantren dengan aktivitas pendidikan, keagamaan, lokal budaya dan keunikan diharapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara luas. Melalui sumber daya manusia yang ada di pesantren sebagai objek diharapkan mampu mengembangkan serta mendorong aktivitas keseluruhan di pesantren.
Atas hal tersebut, Komunitas Averroes bekerja sama dengan Sampoerna Untuk Indonesia (SUI) lewat program Community Capacity Development mengajak para santri, pengurus dan masyarakat sekitar pesantren untuk membuka wawasan dan pengetahuan mengenai dunia digital, dampak positif dan negatif penggunaan teknologi sebagai sumber informasi aktivitas pesantren.
Bertempat di Pondok Pesantren Miftachussunnah, Kota Surabaya, sebanyak 30 peserta diajak untuk melakukan analisa kondisi berkaitan dengan kondisi media digital yang sudah maupun mungkin yang belum dijalankan. Dengan berbagai konten menarik dan unik mengenai aktivitas pesantren yang selama ini mungkin belum diketahui oleh masyarakat.
Edi Purwanto, narasumber forum menyampaikan bahwa aktivitas yang ada di lingkungan pesantren perlu ditunjang oleh konten-konten media sebagai dakwah dan penyebarluasan informasi. “Semua aktivitas yang ada di pesantren, seperti keunikan menjadi seorang santri, kedisplinan dalam menimba ilmu keagamaan, harus disebarluaskan kepada masyarakat umum,” jelasnya.
Menurut salah satu santri dari Pesantren Tachsinul Akhlaq, Hasbun Bahar, menjelaskan bahwa selama ini yang dilakukan adalah mengikuti arahan dari para pengurus untuk mengunggah aktivitas pengajian rutin menjadi sebuah konten.
“Masih banyak lagi yang masih belum diunggah seperti quotes dari masyayikh mengenai bekal hidup di masyarakat. Selain itu juga ada beberapa santri lain yang bertanggung jawab atas pengelolaan multimedia pesantren menyampaikan bahwa masih banyak ide pribadi yang ingin diunggah menjadi konten media sosial belum kesampaian lantaran harus berkoordinasi dengan pengurus pesantren,” ungkapnya.
Artinya dalam hal ini diperlukan kerjasama untuk menyatukan visi dan misi dalam pengembangan multimedia pesantren.
Selain itu, Umam, santri dari Pesantren Miftachussunnah, menjelaskan bahwa selama ini pengelolaan masih menjadi problem yang belum ditemukan solusinya. “Yang terjadi adalah banyaknya akun media sosial yang dipunyai pesantren, antara admin satu orang atau admin berada jauh di luar kota. Jadi kebingungan dalam mencari konten yang akan diunggah,” terangnya.
Selain membahas mengenai kondisi dan pemanfaatan sumber daya digital, peserta juga diajak untuk menyusun rencana aktivitas pesantren yang akan diunggah menjadi sebuah konten. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan tugas untuk merinci hal-hal berkenaan dengan konten apa yang akan diproduksi, media apa yang digunakan, dan bagaimana cara mendapatkan konten tersebut.