Proses kehidupan selalu ditandai dengan perkembangan pengetahuan secara progresif. Perkembangan ini beriringan dengan reaksi atau akibat dari penyesuaian dengan kondisi yang ada. Selain itu, perkembangan juga terjadi karena faktor hasil pemikiran, percobaan atau eksperimen maupun eksplorasi yang dilakukan oleh peneliti dan cendekia dunia. Salah satunya adalah perkembangan dan pemutakhiran teknologi.
Perubahan dan pergeseran drastis yang diakibatkan dari research and discovery membawa pengaruh gaya hidup manusia dan peradaban di dunia secara umum. Teknologi informasi telah mengisi ruang kehidupan setiap manusia, terkhusus yang berada di kancah dunia digital. Manusia yang lahir sebagai generasi milenial, ketika mata terbuka disambut langsung dengan bentuk-bentuk informasi dalam teknologi yang sedang berkembang sangat dinamis. Teknologi kemudian menjadi bagian dari kehidupan manusia dalam aktivitas sehari-hari. Meski teknologi bukanlah dasar pokok dari kebutuhan setiap manusia, tetapi keberadaannya kian hari kian setara dari kebutuhan dasar setiap manusia. Artinya ketergantungan pada alat maupun teknologi dalam digital tidak dapat dipisahkan dari dirinya.
Realitas ini memaksa para pendidik untuk bereaksi cepat dengan memasukkan berbagai konten ke dalam kurikulum dengan tujuan menyesuaikan diri dengan era digital. Bagaimanapun, membina maupun membimbing manusia merupakan hal yang paling penting dalam pendidikan. Manusia diberi akal, hati, dan indra untuk mengkonsepkan apapun itu yang berada dalam alam eksternal. Hal ini bertujuan untuk mengetahui siapa sebenarnya manusia, sebagai apa, kegunaannya untuk apa, bermanfaat atau tidak, semua tergantung pada diri manusia tersebut. Untuk mengetahui siapa dirinya, manusia memerlukan pendidikan dan juga pembelajaran.
Pendidikan Islam sendiri diartikan sebagai jalan untuk menuju arah yang berlandaskan dari Al-Quran maupun Hadist. Pendidikan Islam juga diartikan sebagai suatu pembelajaran atau usaha manusia untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia seutuhnya, manusia yang mempunyai kemandirian, tanggung jawab atas pribadi maupun setiap sesuatu yang berada di sekitarnya. Artinya, manusia mengembangkan diri untuk terus menjaga tanggung jawab kepada tuhan, makhluk dan lain-lainnya yang mencakup segala sesuatu yang berada di dunia ini. Adapun usaha untuk mengembangkan potensi mengandung arti yang sangat luas, mulai dari mengembangkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan, membina kepribadian, sikap, moral, nilai-nilai agama dan budaya. Sehingga bermanfaat bagi dirinya, keluarga, masyarakat, dan bangsa.
Penerapan pendidikan Islam akan jauh lebih baik jika dengan pendekatan-pendekatan yang menyesuaikan trend masa kini. Perkembangan teknologi membuat cara atau metode lama perlu untuk segera mengadaptasi dan mengkolaborasi perkembangan. Untuk apa? Tentu saja untuk memudahkan proses pembelajaran, menarik perhatian dan minat peserta didik serta mulai menjadi tembok batasan dan pengendalian terhadap anak dalam menggunakan teknologi.
Rumus pembelajaran harus disesuaikan dengan selera masyarakat, terkhusus pada era ini yang sangat menggemari dunia digital. Salah satu langkah terbaik adalah mentransformasikan pendidikan Islam di dunia digital. Konsep ini sudah seharusnya dikembangkan mengingat berbagai metode juga mulai dirancang oleh para ahli untuk memberikan Pendidikan Islam memanfaatkan dunia teknologi digital. Jika dahulu ngaji diniyah harus tatap muka, dengan situasi pandemi yang belum reda, maka penggunaan teknologi adalah solusinya.
Dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan Islam, pengurangan kualitas perkembangan anak untuk menyerap ilmu agama akan berkurang. Proses Pendidikan daring tidak akan menyentuh level yang sama jika dibandingkan dengan metode luring. Bagaimanapun, selain belajar mengaji, sikap dan adab Ketika mengaji akan lebih efektif ketika dilakukan lewat pertemuan tatap muka. Namun begitu, di masa pandemi, untuk menghindari ancaman penyebaran wabah, daring adalah metode paling rasional dan efektif untuk melanjutkan pendidikan. Setidaknya, ini lebih baik dan “berikhtiar” dibandingkan dengan hanya karena pandemi, pendidikan diliburkan.
Pesantren adalah salah satu contoh institusi yang mungkin butuh begitu banyak strategi pendekatan dan penyesuaian dengan pendemi dan perkembangan teknologi. Dalam kaca mata yang lebih luas, pesantren merupakan institusi pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu agama, melainkan juga pembelajaran mengenai hidup dan kehidupan. Ilmu yang diberikan tidak hanya berkutat dengan ajaran Islam dan bagaimana menjadi makhluk yang taat kepada Tuhan, melainkan juga pemahaman untuk menjadi individu yang ihsan. Dalam praktiknya, ilmu lakon dengan metode tatap muka sudah barang tentu tidak dapat diganti dengan teknologi. Mungkin untuk belajar mengaji Al-Quran atau kitab masih bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, namun, dalam pembelajaran dan penanaman menjadi individu berkepribadian baik serta bermanfaat bagi sesama akan sulit dilakukan.
Pada akhirnya, pendidikan Islam, sebagaimana metode yang dilakukan lewat pesantren akan terus dipenuhi metode dan strategi penyesuaian selama pandemi masih ada. Teknologi digunakan untuk beberapa bagian pembelajaran dan menyebarluaskan ilmu menggunakan berbagai platform digital. Namun, sekali lagi, dalam penanaman nilai-nilai hidup pada santri akan mengalami hambatan karena terpangkasnya rutinitas secara langsung (tatap muka).