BAGI Gramsci, peristiwa politik ini mempunyai makna yang luar biasa bagi karakter dirinya selanjutnya. Pada peristiwa selanjutnya, ide-ide politik Gramsci berperan penting bagi persiapan revolusi Dewan Pabrik tersebut.
Situasi pada saat itu adalah situasi di mana otoritarianisme Benito Mussolini (1883-1945) memerintah. Mussolini adalah seorang sosialis revolusioner yang keluar dari partainya pada permulaan PD I. Alasan Mussolini keluar adalah karena partainya (Partai Sosialis) tidak mau ikut berperang, sedangkan Mussolini menghendaki agar Italia ikut terlibat dan berpihak pada sekutu. Pascaperang, Mussolini yang berpangkat kopral itu membentuk kelompok tempur untuk melindungi para veteran perang (fasci) di combattimento. Ideologi fasis atau fasisme yang dibawa Mussolini menjadi gurita baru bagi pertumbuhan politik di Italia.
Sampai pada Oktober 1922, setelah peristiwa March on Rome, Mussolini ditunjuk sebagai Perdana Menteri dalam sebuah kudeta. Pada 1928, pemerintahan konstitusional musnah, dan berlangsung hingga 15 tahun kemudian (Hagopian, 1985:212 dalam Patria dan Andi, 1999:51). Sementara itu, pada 1924, Gramsci diangkat menjadi pimpinan PCI (Partai Komunis Italia), setelah sebelumnya ia menjadi wakil PCI di Moskow tahun 1922-1923.
Antara tahun 1924-1926 merupakan rentang tahun yang cukup penting untuk memahami Gramsci melalui tulisan-tulisannya yang dibuat di penjara kemudian. Fasisme Mussolini semakin menggurita di Italia. Sampai kemudian di tahun 1926 mereka memberangus seluruh publikas dan propaganda dari kaum Kiri. Saat itulah (20 November 1926), setelah dua tahun menjabat menjadi Sekretaris Jendral PCI, Gramsci ditangkap dan dipenjara selama 20 tahun 4 bulan 15 hari.
Dalam penjara, satu hal yang membuat Gramsci senang di antara jutaan hal lainnya yang membuatnya susah dan tertindas, adalah diperbolehkannya Gramsci membaca (surat dari keluarganya dan beberapa buku), meski dengan sensor yang amat ketat. Ia menulis surat untuk istri dan anaknya, menerjemahkan sejumlah karya Marx, menelusuri karya-karya Lenin dan tulisan-tulisan lain yang diselundupkan koleganya ke penjara.
Dari sini kita memahami Gramsci adalah peminat Marx yang bijak. Karya-karya Marx yang menjelma menjadi doktrin komunisme yang radikal di Rusia dan Eropa Timur, dipahaminya sebagai tidak relevan lagi. Alternatif radikalisme yang tumbuh tidak menemui kemiripan dengan apa yang semestinya terjadi di Italia. Sebagai seorang Marxis yang baik, ia menerjemahkannya menjadi halus, yang lalu kita kenal sebagai Teori Hegemoni. Ia membedah konsep negara dan masyarakat.
Dalam masa-masa deritanya di penjara itulah kemudian Gramsci mencatat sebuah karya yang penting, Quqreni del Carcere, yang edisi Inggrisnya bisa dinikmati dalam Selection from the Prison Notebooks tahun 1970an. Buku itu merupakan buku harian yang dengan tekun ia tulis di balik jeruji.
Pikiran pertama yang ditulisnya semasa di penjara adalah tentang peran intelektual organik (organic intellectuals). Dia menggambarkan betapa pentingnya peran kaum intelektual dalam transformasi sosial. Seorang intelektual organik adalah seorang yang tidak hanya memahami teori sebagai teori yang terlepas dari realitas sosial, namunyang memanifestasikan potensi perubahannya dalam realitas sesungguhnya, saat berhadap-hadapan dengan kekuasaan yang mendominasi. Intelektual ini diharapkan sedemikian rupa untuk menjadi counter hegemony yang dilakukan oleh negara atau kelas dominan, dalam rangka membela rakyat atau kelas yang tertindas.
Demikianlah seorang Gramsci, pemikir besar yang lahir dari situasi politik yang menyengsarakan, dan meninggal dalam kesengsaraan pula. Bahkan ironisnya, kekuasaan fasis yang menindas membuatnya ia tidak pernah melihat seperti apa wajah anak bungsunya. Inilah kekejaman dari kediktatoran bagi seorang Gramsci.
Sang Gramsci meninggal dalam penjara di Roma, 27 April 1937.
SAIFUL ARIF, Editor
Tulisan di atas merupakan petikan sebuah subbab dalam buku Pemikiran-pemikiran Revolusioner (Averroes Press, 1999).
Habis
oyi bos
aku copy ini ya
makasih artikel reviewnya” sgt berguna…. q ngopy jg”