Purwosari, Pasuruan—Pandemi yang terjadi kini sangat menyedot perhatian semua kelompok masyarakat. Perhatian itu menyentuh banyak kalangan tidak hanya pemerintah, tetapi juga kelompok lain. Saling membantu dan menanggulangi wabah sangat diperlukan untuk mengatasi wabah yang semakin tidak menentu.
Bentuk-bentuk bantuan sangat beragam, mulai dari sembako, alat kesehatan (masker, handsanitizer, instalasi wastafel, dan lainnya), dan langkah-langkah penerapan protokol kesehatan. Penerapan protokol kesehatan untuk menanggulangi wabah tak mengecualikan lingkungan pesantren. Di tempat tersebut, komunitas santri dan pengasuh pesantren berkumpul sehingga menjadi salah satu lingkungan yang sangat penting untuk diperhatikan.
Penerapan protokol kesehatan di lingkungan pesantren tentu memiliki tujuan yang sama dengan di lingkup-lingkup lain. Penerapan tersebut juga mempengaruhi aktivitas rutin pesantren. Kontrol atas penerapan protokol perlu dilakukan dengan pendekatan yang baik, otoritas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas setempat mampu mendekati elemen penting pesantren untuk memastikan pencegahan penularan wabah.
Di pesantren Ngalah, Purwosari, Pasuruan, penerapan protokol kesehatan dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19. Pengurus internal pesantren mempraktikkannya dengan aturan-aturan yang terbilang ketat. Namun, sejauh mana penerapan protokol kesehatan tersebut efektif dalam praktiknya dan apa saja yang perlu diperhatikan? Hal ini lah yang perlu ditelusuri untuk memberikan tambahan wawasan mengenai kesehatan dalam kondisi pandemi.
Dalam pertemuan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan Komunitas Averroes dan bekerja sama dengan Sampoerna Untuk Indonesia (SUI), pemandu FGD melakukan diskusi dan tanya jawab terkait kondisi pesantren dan praktik protokol kesehatan.
Menurut pengurus Pesantren Ngalah, Ustaz Faidlus Syukri, Pesantren Ngalah sudah menerapkan protokol kesehatan sebagaimana instruksi pemerintah, dengan penyesuaian sesuai konteks lingkungan di sana. ”Pondok Pesantren Ngalah menerapkan protokol kesehatan sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah, tetapi dapat fleksibel dalam beberapa hal aktivitas santri di pesantren,” jelasnya.
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, seperti menyusun aturan atau SOP (Standar Operational Procedur), buku panduan, atau pedoman yang menjadi pegangan di internal pengurus pesantren.
Ustaz M. Dayat, perwakilan Satgas Covid Pesantren Ngalah, menyampaikan tentang pentingnya aturan tertulis berdasarkan kesepatakan semua kalangan di pesantren. Selain itu, perlu juga dokumentasi yang baik terkait aktivitas pencegahan. “Menurut saya pentingn juga membuat aturan-aturan tertulis berdasarkan kesepakatan dengan pengurus yang lain, termasuk pembuatan SOP dengan dilampiri foto dan video aktivitas kegiatan yang sudah dilakukan selama masa pandemi,” ucapnya.
Pesantren Ngalah menjadi salah satu contoh bagi pesantren di Kabupaten Pasuruan yang menerapkan protokol kesehatan dengan keunikan dan tradisi pesantren yang dimiliki demi menjaga aktivitas pembelajaran di pesantren. Kebiasaan untuk mencegah penularan virus terus menerus dilakukan dengan penerapan prokotokol kesehatan, mulai wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, dan menjaga jarak ketika beraktivitas.
Selain itu, Pesantren Ngalah juga menekankan pentingnya mejaga imunitas tubuh santri dengan rajin berolahraga dan mengonsumsi obat herbal yang telah disediakan oleh pengasuh pesantrena sembari berdoa.
M. Dayat menambahkan bahwa obat herbal tersebut disediakan oleh pengasuh yang tentunya sudah didoakan dengan harap keberkahan dari Tuhan. “Di Pesantren Ngalah sedikit berbeda. Kami menjaga menjaga imunitas tubuh santri dengan minum herbal sehari dua kali pagi dan sore hari yang telah disediakan pengasuh,” katanya. Selain itu ada kiat-kiat lain, seperti doa-doa khusus yang dipanjatkan bersama pengasuh dan santri lingkungan pesantren.